MAMASA, Sulawesi Barat Media targetkasus.
Aksi unjuk rasa sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Front Pelajar Mamasa Menggugat, bubar meninggalkan kantor bupati Mamasa dengan rasa kecewa lantaran merasa tidak di Terima oleh bupati Mamasa untuk mencari solusi tuntutan mereka. Rabu, 17/11/2021
Kekecewaan tersebut di tandai dengan bubarnya mahasiswa meninggalkan tempat orasi di kantor bupati Mamasa yang tidak melalui pintu keluar tapi melalui pintu masuk yang menyalahi aturan pintu masuk dan pintu keluar. Untuk memasuki kantor bupati Mamasa.
Jenderal Lapangan (Jenlap) Aksi, Wawan saat dikonfirmasi menjelaskan. Tujuan aksi yang kami lakukan hari ini di dua titik adalah untuk menindak lanjuti hasil kesepakatan aksi kami pada 28 Oktober 2021 yang telah kami sepakati bersama dgn perwakilan pemda. Dalam berita acara kesepakatan.
kesepakatan tersebut Yakni pada tanggal 4 November pihak pemda sudah menjadwalkan dengan agenda diskusi publik, oleh bupati Mamasa dengan kami mahasiswa, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, Dan tokoh pemuda” Tuturnya.
“Namun hal itu kami sayangkan karna sampai batas waktu yang di tentukan ternyata pihak pemda tidak mengindahkan kesepakatan yang telah kami tanda tangani bersama dalam berita acara tersebut ” Lanjutnya.
“Juga termasuk TPA yang ada di Desa Rantepuang salah satu dari tuntutan kami, yang selama ini menjadi keluh-kesah masyarakat untuk disampaikan, tentang pemerataan pendidikan serta diperlukannya pembangunan asrama bagi Mahasiswa di Kota Mamasa .
“Namun kali ini kami gagal dan pulang dengan menuai kekecewaan karena Pemda tidak membuka ruang untuk melaksanakan pertemuan “ujarnya.
Lanjut Wawan, soal opsi pertama yang ditawarkan yakni peserta aksi memberikan pendapat namun tidak perlu ada tanya jawab tentu tidak ada kepuasan dalam hal tersebut.
Wawan juga menjelaskan, pada opsi kedua yakni pertemuan dengan jajaran Pemda dengan model perwakilan tentu tidak akan diterima sebab aksi yang berlangsung terdiri dari beberapa lembaga dan sangat solid.
Merespon hal itu Pelaksana Harian (PLH) Sekda Kabupaten Mamasa, Kain .L Sembe menjelaskan. Pada dasarnya Bupati menghargai semua masukan dari berbagai unsur baik itu orang tua, mahasiswa dan berbagai unsur.
Lanjut Kain, Bupati menerima dengan baik proses penyampaian aspirasi yang berlangsung namun lewat Humas dan Protokol disampaikan untuk memberikan tiga opsi yakni:
1.Bupati menerima diruangan kerjanya 7 orang perwakilan nanti dalam ruangan tersebut terjadi dialog
- Bisa juga Bupati turun menemui massa aksi dan memberikan penjelasan
- Dan opsi ketiga, Bupati menemui dilantai 1 dan jika masih ada perlu klarifikasi maka dipersilahkan perwakilan 7 orang untuk keruang Bupati.
PLH Sekda menyampaikan, ketiga opsi yang ditawarkan Pemda tidak diterima dan harapan mahasiswa semuanya naik. “Pada prinsipnya Bupati sangat merespon setiap masukan-masukan dari mahasiswa,”ungkapnya.
Soal Pemda dianggap tidak konsisten kata Sekda, dalam merespon tuntutan dan membuat pertemuan dengan mahasiswa pada 4 Nopember, sebenarnya hal itu telah ditindaklanjuti dan telah disampaikan pada Bupati dimana pada saat itu.
Sebenarnya kata Sekda, harapan adik-adik mahasiswa pada tanggal 4 Nopember ingin melakukan pertemuan bersama dengan jajaran OPD (Organisasi Perangkat Daerah) dan Tokoh Agama untuk membicarakan hal tersebut dan hal itu telah direspon bupati namun sudah disampaikan bahwa mesti lebih jelih mengamati soal waktu sebab kegiatan OPD masih sangat sibuk begitupun pimpinan sehingga mari melihat waktu yang baik.
Tetapi soal poin-poin tuntutan kata , PLH Sekda itu telah diserap dan sudah disampaikan ke masing-masing OPD .
Laporan : SAKARIA.